Sabtu, 12 September 2009

Ngaji Ayat-Ayat Dokumentari


Terbayar sudah lelah dan penat menembus jalanan kota Surabaya-Lamongan saat kami mulai belajar ”ngaji” ayat-ayat foto dokumentari. Bersama 13 kawan penggemar foto yang terdiri dari mahasiswa, karyawan dan fotojurnalis, kami tiba Yayasan Ponpes Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Turi Lamongan.

Perkenalan singkat namun hangat dengan pengelola yayasan yang diwakili oleh Gus Glory Islamic dan Gus Adhim berlanjut dengan penelusuran subyek-subyek foto yang menebar di penjuru pesantren usai sholat ashar.
Tidak ada batas yang menghalangi kami untuk berinteraksi dengan kawan-kawan penghuni pondok yang terdiri dari balita, anak-anak, remaja hingga ibu-ibu lanjut usia. Lewat jendela bidik, kami menyaksikan proses belajar manusia sepanjang usia.

Bagai berada di sebuah negeri kecil dengan penghuninya yang beragam namun disatukan oleh keyakinan akan penghormatan dan penghargaan kepada sesama. Maka yang terasa adalah atmosfer kebersamaan Islami yang kental namun terbuka untuk menerima semua golongan.
Stigma bahwa kalangan pondok selalu berlatar tradsional, kuno dan tidak update lantas terbantah oleh cara berpikir pengelola yayasan yang sungguh cerdas. Jika beberapa waktu lalu beberapa kalangan ribut soal fatwa haram facebook (FB), justru disini, FB menjadi medium dakwah online. ”Namun hanya santri yang memiliki pengendalian diri lebih bisa memiliki akun facebook”, tutur Gus Glory.
Udara di lingkungan ini tidak saja sejuk, namun juga mengandung aliran internet. Maka tidak perlu heran jika para santri atau para ’Gus ’senantiasa well informed dengan isu terkini dan segera mendiskusikannya.

Matahari mulai menyembunyikan sinarnya. Satu per satu kawan menutup lensa kameranya. Sementara ratusan santri telah menyiapkan segelas kolak dan teh hangat untuk buka puasa.
Perjalanan foto kali ini makin afdol karena kawan-kawan secara saweran mengikhlaskan sebagian hartanya untuk bersedekah. Beribu terima kasih untuk semua kawan (boby,bobo,afu,rahmat,wirawan,adhit,nuha,faisal,martin,pram, ina dan sinar yuliati atas kepeduliannya). Juga untuk Gus Glory, Gus Adhim, Gus Hafid, Gus Naim maupun seluruh penghuni pondok. Dukungan kawan-kawan yang kali ini tidak bisa bergabung juga menjadi semangat bagi kami untuk terus belajar foto dokumentari.

Surabaya, 12 September 2009