Li Cim In (90), hidup sebatang kara di rumah petak berukuran 4x4 meter. Untuk makan, dirinya mendapat bantuan dari tetangga dan gereja. Di rumah petak lainnya, Lim Siu Me (64), mengandalkan perekonomian dari anak dan saudara-saudaranya.
Warga etnis Tionghoa di Indonesia terlanjur dipersepsi sebagai kelompok yang mapan dan memonopoli dunia perekonomian. Nyatanya, problem ekonomi juga menjadi atribut bagi warga Tionghoa di Tambak Bayan,
Ancaman penggusuran kawasan rumah petak Tambak Bayan yang mereka tempati sejak tahun 1940-an juga menjadi mimpi buruk sepanjang tahun. “Seingat saya, orang tua saya menempati rumah ini sejak pendudukan Jepang. Memang tidak ada
teks/photos : M Ismuntoro
sedihnya hari tua sebatang kara. Menikmati fotomu selalu membuat saya teringkat team mossaik yang dulu solid. :(
BalasHapus